7 . Aceh Berjihad
Kita sering mendengar tentang Aceh. Apa yang kamu ketahui tentang Aceh ? Ya, yang segar di ingatan kita yakni peristiwa tsunami pada 26 Desember 2004. Tsunami itu terjadi karena adanya gempa bumi yang begitu dahsyat dengan kekuatan 9,3 skala Richter terletak di Samudra Indonesia , kurang lebih 160 km sebelah barat kedalaman 10 km. Tsunami ini telah melululantahkan Aceh . Nah , peristiwa itu bisa dikatakan sebagai peringatan Tuhan yang Maha Kuasa agar lebih berhati hati untuk menjaga lingkungan dan tidak sembarangan reklamasi pantai.
Di samping Tsunami apa lagi yang kamu ketahui tentang Aceh. ? Oh yaa mungkin kamu juga pernah mendengar Aceh di kenal sebagai Serambi Mekkah . Mengapa ? Aceh merupakan daerah pertama masuknya islam di nusantara. Aceh juga pernah menjadi pangkalan / pelabuhan haji untuk seluruh nusantara. Orang orang Indonesia yang naik haji ke mekkah dengan kapal laut, sebelum mengarungi samudra Indonesia. Tinggal beberapa bulan di Banda Aceh. Itulah Aceh kemudian mendapat julukan " Serambi Mekkah "
Sungguh Aceh ibarat Serambi Mekkah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Rakyat bebas beraktivitas beribadah, berdagang dengan siapa saja , dimana saja . Tetapi kedaulatan mulai terganggu karena keserakahan dan dominasi Belanda. Dominasi, dan kekejaman penjajahan Belanda ini telah berimbas ke Aceh sehingga melahirkan " Perang Aceh" , perangnya para pejuang untuk berjihad melawan kezaliman kaum penjajah pada tahun 1873 - 1912
A. Mengapa dan latar belakang terjadi perang Aceh itu ?
Aceh memiliki kedudukan yang strategis. Aceh menjafi pusat perdagangan. Daerahnya luas dan memiliki hasil penting seperti laba, hasil tambang , serta hadil hutan. Karena itu dalam rangka mewujudkan Pax Neerlandica , Belanda sangat berambisi untuk menguasai Aceh. Kita tahu sejak masa VOC, orang orang Belanda itu ingin mempertahankan kedaulatan Aceh. Semangat dan tindakan sultan beserta rakyatnya yang demikian itu memang secara resmi di dukung dan di benarkan oleh adanya Traktat London tanggal 17 Maret 1824. Traktat London itu adalah hasil kesepakatan antara inggris dan Belanda yang isinya antara lain bahwa Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di kepulauan Nusantara, tidak di benarkan mengganggu kedaulatan Aceh.
Dengan ini Traktat London itu secara resmi menjadi kendala bagi Belanda untuk menguasai Aceh. Tetapi secara geografis - politis Belanda merasa di untungkan karena kekuasaan Inggris tidak lagi sebagai penghalang dan Belanda mulai dapat mendekati wilayah Aceh. Apalagi tahun 1825 Inggris sudah menyerahkan Sibolga dan Natal kepada Belanda. Dengan demikian Belanda sudah berhadapan langsung wilayah kesultanan Aceh. Belanda tinggal menunggu momen yang tepat untuk dapat melakukan intervensi di Aceh. Belanda mulai kasak kusuk untuk menimbulkan kekacauan di Aceh. Politik adu domba juga mulai di terapkan. Belanda juga bergerak di wilayah perairan Aceh dan selat Malaka. Belanda seting menemukan para bajak laut yang mengganggu kapal kapal asing yang sedang berlayar dan berdagang di perairan Aceh dan Selat Malaka. Dengan alasan menjaga keamanan kapal kapal yang sering di ganggu oleh para prmbajak laut maka Belanda menduduki beberapa daerah seperti Baros dan Singkel.
Gerakan menuju aneksasi terus di intensifkan. Pada tanggal 1 februari 1858, belanda menyodorkan perjanjian dengan sultan siak, sultan ismail. Perjanjian inilah yang di krnal dengan Traktat Siak. Isinya antara lain Siak mengakui kedaultan Hindia Belanda di Sumatra Timur. Ini artinya daerah daerah yang berada di bawah pengaruh siak seperti : Deli, Asahan , Kampar, dan Indragiri betada di bawah dominasi Hindia Belanda. Padahal daerah daerah itu sebenarnya berada di bawah lindungan Kesultanan Aceh. Tindakan Belanda dan Siak ini tidak di protes keras oleh kesultanan Aceh.
Belanda nampaknya bergeming. Oleh karena itu , Aceh mewaspadai gerak gerak Belanda dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi aneksasi tentara Belanda.
Perkembangan politik yang semakin menohok kesultanan Aceh adalah ditandatanganinya Traktat Sumatera antara Belanda dengan inggris pada tanggal 2 November 1871. Isi traktat sumatera itu antara lain Inggris memberi kebebasan untuk memperluas daerah kekuasaannya di seluruh Sumatera. Hal ini jelas merupakan ancaman bagi kesultanan Aceh. Dalam posisi yang terus terancam ini Aceh berusaha mencari sekutu dengan negara negara lain seperti dengan Turki, Italia bahkan juga melakukan kontak hubungan dengan Amerika Serikat. Aceh kemudian tahun 1873 mengirim utusan yakni Habib Abdurahman pergi ke Turki untuk meminta bantuan senjata.
Langkah langkah Aceh di ketahui oleh Belanda. Oleh karena itu, Belanda mengancam dan mengultimatum agar kesultanan Aceh tunduk di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Aceh tidak akan menghiraukan ultimatum itu. Karena Aceh di nilai membangkang maka pada tanggal 26 Maret 1873 , Belanda melalui komisaris Nieuwenhujizen mengumumkan perang terhadap Aceh. Pecahlah pertempuran antara Aceh melawan Belanda. Para pejuang Aceh di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II mengorbarkan semangat jihad angkat senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
>> Dari uraian tersebut coba rumuskan apa saja yang menjadi sebab sebab terjadinya Perang Aceh ?
Jawab :
-sebab terjadinya perang Aceh adalah sebagai berikut:
a. Sebab umum
– Belanda ingin menguasai Aceh
– Letak Aceh sangat strategis yaitu di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional
– Pelayaran Belanda di Selat Malaka sering diganggu oleh pelaut Aceh
– Traktat Sumatera yang ditandatangani oleh Inggris dan Belanda pada tahun 1871 memberi peluang Belanda untuk menyerang Aceh
– Belanda mencurigai Aceh yang menjalin hubungan diplomatik dengan Turki, Amerika Serikat, Italia, dan Singapura.
b. Sebab khusus
Pada tanggal 22 Maret 1873, Belanda menuntut agar Aceh mengakui kedaulatan pemerintah kolonial Belanda. Namun tuntutan itu ditolak oleh Aceh. Kemudian 4 hari setelah penolakan itu, pemerintah kolonial mengumumkan perang kepada Aceh. Peristiwa itu menandai mulainya Perang Aceh.
Beberapa persiapan di Aceh sebenarnya sudah di lakukan. Misalnya membangun pos pos pertahanan. Sepanjang pantai Aceh Besar telah membangun kuta , yakni semacam bentang untuk memperkuat pertahanan wilayah. Kuta ini di bangun di sepanjang Pantai Aceh Besar seperti kuta Meugat, kuta Pohama, kuta Mosapi dan juga lingkungan istana Kutaraja dan masjid Raya Baiturrahman. Jumlah pasukan juga di tingkatkan dan di tempatkan di tempat yang strategis. Sejumlah 3000 pasukan di siagakan di pantai dan 4000 pasukan di siagakan di lingkungan istana. Senjata dari luar juga sebagian juga telah berhasil di masukan ke Aceh seperti 5000 peti mesiu dan sekitar 1394 peti senapan.
B. Syahid atau menang
Agresi tentara Belanda terjadi pada tanggal 5 April 1873. Tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Mayor J.H.R. Kohler tetus melakukan serangan di bawah pasukan Aceh. Pasukan Aceh yang terdiri atas para Ulebalang, ulama, dan rakyat terus mendapat gempuran dari pasukan Belanda. Dengan memperhatikan hasil laporan spionase Belanda yang mengatakan bahwa Aceh dalam keadaan lemah secara politik dan ekonomi, membuat para pemimpin Belanda termasuk kohler optimis bahwa Aceh segera dapat di tundukan. Oleh karena itu, serangan serangan tentara Belanda terus di intensifkan. Tetapi kenyataannya tidak mudah menundukan para pejuang Aceh. Dengan kekuatan para pejuang Aceh mampu memberikan perlawanan sengit. Pertempuran terjadi kawasan pantai, kemudian juga di kota, bahkan pada tanggal 14 April 1873 terjadi pertempuran sengit antara pasukan Aceh di bawah pimpinan Teuku Imeum Leung Bata melawan tentara Belanda di bawah pimpinan Kohler untuk merebutkan Masjid Baiturrahman. Dalam pertempuran merebutkan Masjid Raya Baiturrahman ini pasukan Aceh berhasil membunuh Kohler di bawah pohon dekat masjid tersebut. Pohon ini kemudian di namakan Kohler Boom. Banyak jatuh korban dari pihak Belanda. Begitu juga tidak sedikit korban dari pihak pejuang Aceh yang mati syahid.
Lukisan JP Boom tentang peristiwa tertembaknya Kohler
Terbunuhnya Kohler ini maka pasukan Belanda di tarik mundur ke pantai. Dengan demikian gagalah serangan Belanda yang pertama. Ini membuktikan bahwa tidak mudah untuk segera menundukkan Aceh. Karena kekuatan para pejuang Aceh tidak semata mata tidak terletak pada kekuatan pasukanya, tetapi juga terkait hakikat kehidupan yang di dasarkan pada nilai nilai agama dan sosial budaya yang sesuai dengan ajaran Al- Qur'an. Doktrin para pejuang Aceh dalam melawan Belanda hanya ada dua pilihan " syahid atau menang". Dalam hal ini nilai nilai agama seantiasa menjadi potensi yang sangat menentukan dalam menggerakan perlawanan terhadap penjajahan asing. Oleh karena itu, perang Aceh berlangsung begitu lama.
Setelah melipatgandakan kekuatannya, pada tanggal 9 Desember 1873 Belanda melakukan agresi atau serangan yang kedua. Serangan ini di pimpin oleh J. Van Swieten. Pertempuran sengit terjadi istana dan juga terjadi di masjid Raya Baiturrahman. Para pejuang Aceh harus mempertahankan masjid dari serangan Belanda yang bertubi tubi. Masjid terus di hujani peluru kemudian pada tanggal 6 januari 1874 masjid itu di bakar. Para pejuang dan ulama kemudian meninggalkan masjid. Tentara Belanda kemudian menuju istana. Pada tanggal 15 januari 1874 Belanda dapat menduduki istana setelah istana di kosongkan, karena sultan Mahmud Syah II bersama para pejuang yang lain meninggalkan istana menuju ke Leueung Bata dan di teruskan ke pagar Aye ( sekitar 7 km dari pusat kota banda Aceh ) . Tetapi pada tanggal 28 januari 1874 Sultan meninggal karena wabah kolera.
Jatuhnya Masjid Raya Baiturrahman dan istana sultan, Belanda menyatakan bahwa Aceh besar telah menjadi daerah kekuasaan Belanda. Para ulebalang, ulama dan rakyat tidak ambil pusing dengan pernyataan Belanda. Mereka kemudian mengangkat putra mahkota Muhamad Daud Syah sebagai sultan Aceh. Tetapi karena masih di bawah umur maka diangkatlah Tuanku Hasyim Banta Muda sebagai wali atau pemangku sultan sampai tahun 1884. Pusat pemerintahan di Indrapuri ( sekitar 25 km arah tenggara dari pusat kota ). Semangat untuk melanjutkan perang terus menggelora di berbagai tempat. Pertempuran dengan Belanda semakin meluas ke daerah hulu. Sementara itu tugas Van Swieten di Aceh di pandang cukup. Ia di gantikan oleh Jendral Pel. Sebelun Swieten meninggalkan Aceh, ia mengatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda akan segera membangun kembali masjid Raya yang telah di bakarnya. Tentu hal ini dalam rangka menarik simpati rakyat Aceh.
Para pejuang Aceh tidak mengendorkan semangatnya. Di bawah pimpinan Ulebalang, ulama dan ketua adat , rakyat Aceh terus mengobarkan perang melawan Belanda. Semangat juang semakin meningkat seiring pulangnya
Habib Abdurrahaman dari Turki pada tahun 1877.
Habib Abdurrahman
Pahlawan nasional Tengku Cik Ditiro
Tokoh ini kemudian menghalang kekuatan bersama Tengku Cik Di Tiro. Pasukannya terus melakukan serangan serangan ke pos pos Belanda. Kemudian Belanda menambah kekuatannya sehingga dapat mengalahkan serangan serangan yang di lakukan pasukan Habib Abdurrahman dan Cik Di Tiro. Di bawah pimpinan Van Der Heijden, Belanda berhasil mendesak Pasukan Habib Abdurrahman, bahkan Habib Abdurrahman akhirnya menyerah pada Belanda. Sementara Cik Di Tiro mundur ke arah Sigli untuk melanjutkan Perlawanan. Belanda berhasil menguasai beberapa daerah seperti Seunaloh, Ansen Batee.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar